Preferensi Konsumen Terhadap Nasi Tiwul Instan Pengganti Beras Sebagai Sumber Karbohidrat Masyarakat di Kota Malang
Abstract
Angka ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat menurut BPS
(2023) 90% dan ketergantungan ini dikurangi dengan diversifikasi tanaman pangan
salah satunya singkong. Tiwul salah satu olahan singkong yang telah banyak
dimodifikasi menjadi makanan instan dengan kandungan karbohidrat pada tiwul
lebih tinggi dari pada nasi, sehingga memiliki potensi sebagai alternatif pangan
sumber karbohidrat. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sebesar
2.100 Kkal perkapita perhari. Kemudian jumlah konsumsi nasi tiwul di Kota
Malang belum memenuhi kebutuhan kalori bagi tubuh karena hanya 27,65
Kkal/kapita/hari sebagian masyarakat mengonsumsi nasi tiwul hanya sebagai
variasi makanan pokok sumber karbohidrat selain beras sehingga belum
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Kota Malang menurut BPS (2023).
Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki preferensi masing-masing dalam
mengonsumsi sumber karbohidrat sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
Mengetahui preferensi konsumen terhadap kombinasi nasi tiwul pengganti beras
sebagai sumber karbohidrat masyarakat di Kota Malang. 2) Mengetahui faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap nasi tiwul pengganti beras sebagai
sumber karbohidrat masyarakat di Kota Malang.
Penelitian ini dilakukan di Kota Malang dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel accidental sampling, dengan menggunakan rumus Cochran.
Dari hasil perhitungan maka sampel yang digunakan adalah 100 responden. Metode
analisis data menggunakan metode analisis konjoin untuk mengetahui preferensi
konsumen terhadap nasi tiwul pengganti beras sebagai sumber karbohidrat dan
metode analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap nasi tiwul pengganti beras sebagai
sumber karbohidrat.
Dari hasil analisis konjoin diketahui bahwa kombinasi nasi tiwul yang cenderung
disukai oleh konsumen adalah produk nasi tiwul instan jenis kering yang memiliki
warna coklat dengan rasa gurih serta tekstur kenyal dan harga yang murah yaitu Rp
10.250/400gram. Nilai kepentingan produk terbesar pada atribut rasa dengan
memiliki nilai kepentingan 31,811 memiliki arti bahwa rasa merupakan atribut
paling utama dan penting yang menjadi alasan konsumen mengonsumsi nasi tiwul.
Sedangkan nilai kepentingan terendah adalah atribut jenis produk dengan nilai
11,968 yang mengartikan bahwa jenis produk adalah atribut yang menjadi alasan
terakhir bagi konsumen terhadap konsumsi nasi tiwul. Sehingga urutan atribut
terpenting atau yang disukai yakni rasa, harga, warna, tekstur dan jenis produk.
Hasil analisis regresi logistik diketahui yang berpengaruh secara nyata terhadap
preferensi konsumen dalam mengonsumsi nasi tiwul pengganti beras sebagai
sumber karbohidrat yaitu pendapatan (X1) dengan nilai signifikansi 0,022, gaya
hidup (X2) dengan nilai signifikansi 0,000, manfaat (X4) dengan nilai signifikansi
0,040, pendidikan (X5) dengan nilai signifikansi 0,045, motivasi (X6) dengan nilai signifikansi 0,036. Budaya (X3) memiliki nilai signifikansi > 0,05 yakni 0,700
sehingga tidak dapat berpengaruh secara nyata terhadap preferensi konsumen dalam
mengonsumsi nasi tiwul pengganti beras sebagai sumber karbohidrat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan:
1. Pengembangan produk nasi tiwul, produsen dapat menciptakan produk yang
sesuai dengan preferensi konsumen, seperti cenderung kepada produk nasi tiwul
warna coklat, rasa gurih, tekstur kenyal dan harga yang terjangkau.
2. Bagi konsumen dapat mengonsumsi nasi tiwul sebagai pengganti beras
dikarenakan memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibandingkan beras
serta cocok untuk penderita diabetes.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terhadap variabel-variabel
lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini seperti pada analisis konjoin yakni
variabel kemasan, daya tahan serta variabel pada analisis logit yakni variabel
sikap dan pengetahuan sehingga pengembangan penelitian yang lebih luas.
4. Bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan potensi-potensi pangan alternatif
yang lebih sehat termasuk tiwul dan mengajak untuk makan nasi tiwul sebagai
langkah mendukung program diversifikasi pangan.