dc.description.abstract | Tingginya angka gangguan reproduksi terjadi dikarenakan
beberapa faktor antara lain manajemen pemeliharaan ternak, sanitasi dan
pengobatan serta manajemen pakan. Kasus retensi placenta pada
peternakan sapi perah yang ada di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 4-
18% dari jumlah kelahiran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji
infeksi yang terjadi pada organ reproduksi dengan kasus retensi placenta
pada sapi perah dan hubungan antara pakan terhadap gangguan
reproduksi retensi placenta. Metode penelitian ini adalah artikel review
dengan cara telaah literatur. Gangguan Reproduksi Ternak di Indonesia
mencapai 20,4% dengan kasus Retensi Plasenta berkisar 4-18%. Retensi
plasenta karena infeksi sebagaian besar akibat penangan pasca partus
yang tidak benar dan kurang hygine sehingga menyebabkan vaginitis dan
endometritis. Infeksi yang terjadi saat retensi placenta sering berhubungan
dengan kejadian Brucellosis, IBR/IPV, BVD dan salmonellosis. Faktor
nutrisi dalam pakan juga berperan dalam kejadian retensi plasenta. Nutrisi
pakan tersebut adalah Mineral dan Vitamin meliputi vitamin E, A, B, Ca
dan P dan Se. Kebutuhan nutrisi ini harus dipenuhi terutama 6-8 minggu
terakhir sebelum partus. Jika nutrisi tersebut kurang maka menganggu
imunitas tubuh sehingga dapat meningkatkan kasus retensi placenta dan
endometritis. Kadar progesteron dan kortisol yang tinggi pada darah saat
sapi stress setelah partus menyebabkan sel mengalami imunosupresif di
lumen uterus sehingga membuat rahim rentan infeksi. Saat menjelang
partus adalah masa kritis ternak karena berkaitan dengan perubahan
hormonal, metabolisme, dan kesehatan tubuh. Induk sapi harus mendapat
asupan nutrisi yang cukup dan seimbang karena ada hubungan yang
signifikan antara kekebalan tubuh dengan kekurangan energi, protein,
mineral, vitamin dan antioksidan yang dapat menyebabkan tingginya
kasus gangguan reproduksi | en_US |