Show simple item record

dc.contributor.authorWidyati
dc.date.accessioned2021-03-09T06:20:58Z
dc.date.available2021-03-09T06:20:58Z
dc.date.issued2021-02-27
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/1749
dc.description.abstractSektor pertanian merupakan sektor unggulan dalam menggerakan pembangunan nasional. Pertanian dalam pembangunan diharapkan memperoleh share yang layak dengan terwujudnya pertanian yang tangguh, modern serta efisien. Prioritas utama dari Departemen Pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dan prioritas selanjutnya ditunjukan pada bidang pertanian-pertanian lainnya (Solahuddin,1998). Tanaman Jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina di percaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau di budidayakan tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah suatu peninggalan orang belanda yang mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan Italia. Perkembangan usahatani jeruk di Synatera Utara mengalami penyebaran ke daerah-daerah yang layak ditanami jeruk manis. Menurut (Anonim, 2008), perkembangan luas area tanaman jeruk di Kabupaten Dairi pada tahun 2009,2010, dan 2011 masing-masing 721.09 Ha, dan 11,131.11 Ha. Dengan produksi 12,979.5 ton, 15,270 ton, dan 20,360 ton. Hal ini menggambarkan ada respon yang baik dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan luas lahan dan produksi juga tentunya. Di Kabupaten Dairi, perluasan penanaman tanaman Jeruk manis terus ditingkatkan. salah satu kecamatan yang mengalami peningkatan luas lahan produksi Jeruk adalah Kecamatan Sumbul. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua biaya produksi. Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Sisitem pemasaran dikatakan efisiensi apabila memenuhi dua syarat yaitu: mampu menyampaikan hasil-hasil produksi dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendapatan usahatani jeruk keprok di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang (2) Untuk mengetahui margin, share, dan π/cusahatani jeruk keprok di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang (3) Untuk mengetahui efisien pada lembaga pemasaran petani jeruk keprok di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel jeruk keprok menggunakan metode random sampling atau acak sederhana. Diktehaui jumlah petani jeruk keprok di Desa Selorejo sebanyak 270 petani, atas dasar metode pengambilan sampel menurut ((Surachmat, 1998) peneliti menentukan 10% dari populasi petaniyang ada di Desa Selorejo jumlah sampel adalah 40 petani. Sedangkan metode responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau responden. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus sehingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata – rata total biayatetap per ha dalam satu kali musim panen terdiri dari biaya pajak sebesar Rp 110.500 dan alat yang digunakan dalam usahatani jeruk keprok dengan total nilai rata-rata biaya penyusutan yaitu sebesar Rp 713.688, sehingga diketahui rata-rata biaya tetap yaitu sebesar Rp 824.188. sedangkan rata-rata biaya variabel per ha dalam satu kali musim panen terdiri dari pengunaan pupuk dengan biaya sebesar Rp 2.429.150, untuk pengunaan obat-obatan dengan rata-rata biaya sebesar Rp 764.375. dan rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.522.125. Diketahui bahwa rata-rata biaya produksi petani jeruk keprok di Desa Selorejo sebanyak 6.170 ton. Dengan harga rata-rata Rp 7.953/Kg. Sehingga didapatkan penerimaan usahatani jeruk keprok yaitu sebesar Rp 48.939.100/Ha dalam satu kali musim panen. Sedangkan diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani di Desa Selorejo dalam usahatani jeruk keprok yaitu sebesar Rp 43.399.263/Ha dalam satu kali musim panen. Sehingga R/C Ratio yang didapatkan petani yaitu sebesar 8,76 Rupiah yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar 8,76 Rupiah, maka nilai R/C Ratio > 1 pertanda bahwa usahatani jeruk keprok ini layak untuk diteruskan atau dijalankan. Saluran pemasaran jeruk keprok di Desa Selorejo terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu 1) Petani – Tengkulak – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir dan 2) Petani – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir. Pada saluran I harga jual ditingkat petani sebesar Rp 8.058/Kg. Sedangkan pada saluran ke II harga ditingkat petani sebesar Rp. 7.857/Kg. Harga jual konsumen akhir pada saluran I yaitu sebesar Rp 13.000/Kg dan untuk saluran pemasaran II yaitu sebesar Rp 12.876/Kg. Sehingga dapat dibandingkan saluran pemasaran yang paling tinggi harga jual konsumen akhir yaitu pada saluran pemasaran I. Hal ini disebabkan karena panjangnya rantai pemasaran yang masing-masing lembaga pemasaran mengambil keuntungan sehingga mengakibatkan harga jual pada konsumen akhir paling tinggi pada saluran ke I. Dari kedua pemasaran tersebut dapat share harga jual petani terhadap konsumen akhir yang paling besar terdapat pada saluran I yaitu sebesar 61,98%, sedangkan share harga jual petani pada saluran ke II yaitu sebesar 61,02%. Untuk margin pemasaran saluran I yaitu sebesar Rp 4.942 dan pada saluran II sebesar Rp 5.000. dan untuk share keuntungan terkecil diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu pada saluran I sebesar 4,32%. Saluran pemasaran jeruk keprok di Desa Selorejo Kec. Dau Kab. Malang yang paling efisien yaitu pada saluran pemasaran II. Berdasarkan hasil analisis integrasi pasar pada saluran pemasaran Imenunjukan bahwa adanya hubungan erat antara harga ditingkat petani denganharga ditingkat tengkulak. Hal ini ditunjukan dari nilai t – hitung sebesar 0,51 artinya berpengaruh nyata pada tingkat signifikan 0,1 dengan kata lain apabila harga ditingkat tengkulak naik sebesar Rp 1, maka akan diikuti kenaikan harga ditingkat petani sebesar 0,374. Dengan kata lain kenaikan harga ditingkat tengkulak akan memberikan pengaruh ditingkat petani. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan hasil analisis elastisitas transmisiharga saluran I dan II lebih kecil dari satu (η < 1) bahwa pemasaran jeruk keprok di Desa Selorejo Kec. Dau Kab. Malang belum efisien. Di karena belum efisien.Dikarenakan mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu terdapatkekuatan oligopsonien_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectAnalisis Pendapatan Usahatanien_US
dc.subjectPemasaran Jeruk Keproken_US
dc.titleAnalisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Jeruk Keprok Di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malangen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record