Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Jeruk Keprok Di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Abstract
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan dalam menggerakan
pembangunan nasional. Pertanian dalam pembangunan diharapkan
memperoleh share yang layak dengan terwujudnya pertanian yang tangguh,
modern serta efisien. Prioritas utama dari Departemen Pertanian adalah
meningkatkan produksi pangan dan prioritas selanjutnya ditunjukan pada
bidang pertanian-pertanian lainnya (Solahuddin,1998).
Tanaman Jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Cina di percaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun
yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau di
budidayakan tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah suatu peninggalan
orang belanda yang mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika
dan Italia. Perkembangan usahatani jeruk di Synatera Utara mengalami
penyebaran ke daerah-daerah yang layak ditanami jeruk manis. Menurut
(Anonim, 2008), perkembangan luas area tanaman jeruk di Kabupaten Dairi
pada tahun 2009,2010, dan 2011 masing-masing 721.09 Ha, dan 11,131.11 Ha.
Dengan produksi 12,979.5 ton, 15,270 ton, dan 20,360 ton. Hal ini
menggambarkan ada respon yang baik dimana tiap tahunnya mengalami
peningkatan luas lahan dan produksi juga tentunya. Di Kabupaten Dairi,
perluasan penanaman tanaman Jeruk manis terus ditingkatkan. salah satu
kecamatan yang mengalami peningkatan luas lahan produksi Jeruk adalah
Kecamatan Sumbul. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua
biaya produksi. Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan
pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian
secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Sisitem pemasaran
dikatakan efisiensi apabila memenuhi dua syarat yaitu: mampu menyampaikan
hasil-hasil produksi dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang
serendah-rendahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir kepada semua pihak
yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui
pendapatan usahatani jeruk keprok di Desa Selorejo Kecamatan Dau
Kabupaten Malang (2) Untuk mengetahui margin, share, dan π/cusahatani
jeruk keprok di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang (3) Untuk
mengetahui efisien pada lembaga pemasaran petani jeruk keprok di Desa
Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara
metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel jeruk keprok menggunakan
metode random sampling atau acak sederhana. Diktehaui jumlah petani jeruk
keprok di Desa Selorejo sebanyak 270 petani, atas dasar metode pengambilan
sampel menurut ((Surachmat, 1998) peneliti menentukan 10% dari populasi
petaniyang ada di Desa Selorejo jumlah sampel adalah 40 petani. Sedangkan
metode responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau
responden. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus sehingga
seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata – rata total
biayatetap per ha dalam satu kali musim panen terdiri dari biaya pajak sebesar
Rp 110.500 dan alat yang digunakan dalam usahatani jeruk keprok dengan
total nilai rata-rata biaya penyusutan yaitu sebesar Rp 713.688, sehingga
diketahui rata-rata biaya tetap yaitu sebesar Rp 824.188. sedangkan rata-rata
biaya variabel per ha dalam satu kali musim panen terdiri dari pengunaan
pupuk dengan biaya sebesar Rp 2.429.150, untuk pengunaan obat-obatan
dengan rata-rata biaya sebesar Rp 764.375. dan rata-rata biaya tenaga kerja
sebesar Rp 1.522.125.
Diketahui bahwa rata-rata biaya produksi petani jeruk keprok di Desa
Selorejo sebanyak 6.170 ton. Dengan harga rata-rata Rp 7.953/Kg. Sehingga
didapatkan penerimaan usahatani jeruk keprok yaitu sebesar Rp 48.939.100/Ha
dalam satu kali musim panen. Sedangkan diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani di Desa Selorejo dalam usahatani jeruk keprok yaitu sebesar Rp
43.399.263/Ha dalam satu kali musim panen. Sehingga R/C Ratio yang
didapatkan petani yaitu sebesar 8,76 Rupiah yang artinya setiap biaya yang
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar 8,76 Rupiah, maka nilai
R/C Ratio > 1 pertanda bahwa usahatani jeruk keprok ini layak untuk
diteruskan atau dijalankan.
Saluran pemasaran jeruk keprok di Desa Selorejo terdiri dari dua saluran
pemasaran yaitu 1) Petani – Tengkulak – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer
– Konsumen Akhir dan 2) Petani – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer –
Konsumen Akhir. Pada saluran I harga jual ditingkat petani sebesar Rp
8.058/Kg. Sedangkan pada saluran ke II harga ditingkat petani sebesar Rp.
7.857/Kg. Harga jual konsumen akhir pada saluran I yaitu sebesar Rp
13.000/Kg dan untuk saluran pemasaran II yaitu sebesar Rp 12.876/Kg.
Sehingga dapat dibandingkan saluran pemasaran yang paling tinggi harga jual
konsumen akhir yaitu pada saluran pemasaran I. Hal ini disebabkan karena
panjangnya rantai pemasaran yang masing-masing lembaga pemasaran
mengambil keuntungan sehingga mengakibatkan harga jual pada konsumen
akhir paling tinggi pada saluran ke I. Dari kedua pemasaran tersebut dapat
share harga jual petani terhadap konsumen akhir yang paling besar terdapat
pada saluran I yaitu sebesar 61,98%, sedangkan share harga jual petani pada
saluran ke II yaitu sebesar 61,02%. Untuk margin pemasaran saluran I yaitu
sebesar Rp 4.942 dan pada saluran II sebesar Rp 5.000. dan untuk share
keuntungan terkecil diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu pada saluran I
sebesar 4,32%. Saluran pemasaran jeruk keprok di Desa Selorejo Kec. Dau
Kab. Malang yang paling efisien yaitu pada saluran pemasaran II.
Berdasarkan hasil analisis integrasi pasar pada saluran pemasaran
Imenunjukan bahwa adanya hubungan erat antara harga ditingkat petani
denganharga ditingkat tengkulak. Hal ini ditunjukan dari nilai t – hitung
sebesar 0,51 artinya berpengaruh nyata pada tingkat signifikan 0,1 dengan kata
lain apabila harga ditingkat tengkulak naik sebesar Rp 1, maka akan diikuti
kenaikan harga ditingkat petani sebesar 0,374. Dengan kata lain kenaikan harga
ditingkat tengkulak akan memberikan pengaruh ditingkat petani. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan hasil analisis elastisitas
transmisiharga saluran I dan II lebih kecil dari satu (η < 1) bahwa pemasaran
jeruk keprok di Desa Selorejo Kec. Dau Kab. Malang belum efisien. Di karena
belum efisien.Dikarenakan mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna
yaitu terdapatkekuatan oligopsoni