Optimalisasi Alokasi Input Usaha Tani Bawang Merah (Allium Ascalonicuml.) Di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
Abstract
Bawang merah merupakan satu komoditas unggulan tanaman hortikultura
ditanam petani. Kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun untuk
konsumsi megalami kenaikan. Pada periode tahun 2011-2015 rata-rata
pertumbuhan luas panen bawang merah sebesar 7,16% per tahun lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Perkembangan produksi di Luar
Jawa juga lebih tinggi dibandingkan Jawa yaitu 1,88% (Jawa) dan 11,71% (Luar
Jawa) (Pusdatin, 2016).Prospek usahatani bawang merah di Indonesia memiliki
prospek yang cerah, setiap harinya permintaan bawang merah semakin meningkat
serta mulai tahun 2016 Indonesia mampu mengekspor bawang merah ke negara negara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam. Hal tersebut menunjukkan bahwa
produksi dan produktivitas bawang merah per satuan lahan harus ditingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional serta memenuhi kuota ekspor.
Faktor alam berupa cuaca, iklim, hama dan penyakit. Oleh sebab itu, faktor alam
merupakan salah satu faktor yang tidak dapadapat dikendalikan oleh petani. yang
mengindikasikan bahwa petani menghadapi risiko.Salah satu cara agar
pendapatan petani meningkatdan sejahtera adalah dengan melakukan optimalisasi
pada input input produksi yang digunakan.
Kecamatan Karangploso merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Malang yang menghasilkan produksi bawang merah. Satu satunya desa di
kecamatan tersebut yang menghasilkan produksi bawang merah cukup tinggi yaitu
Desa Tawangargo. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk
meneliti optimalisasi alokasi input usahatani bawang merah di Desa Tawangargo
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang serta input-input yang berpengaruh
terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Malang.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain: (1) Untuk mengetahui
efisieni alokasi input yang dilakukan petani bawang merah di Desa Tawangargo,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang (2) Untuk mengetahui tingkat resiko
pendapatan bawang merah yang dihadapi oleh petani produsen di Desa
Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang
Penelitian ini dilakukan di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang, pemilihan lokasi di Desa Tawangargo dilakukan secara
sengaja (purposive), lokasi tersebut merupakan salah satu Desa di Kabupaten
Malang ynag banyak memproduksi bawang merah serta kualitas lebih baik
dibandingkan wilayah lainya. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
slovin dan simple random sampling sehingga ditetapkan 40 petani bawang merah
sebagai sample. Metode analisis data yang digunakan yaitu fungsi produksi Cobb Douglas untuk menganalisis faktor produksi benih, pupuk TSP, pupuk pupuk NPK, Pupuk ZA, obat-obatan dan tenaga kerja dan untuk menganalaisis
tingkat resiko pendapatan menggunakan analisis koefisien variasi (CV).
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan maka dihasilkan
kesimpulan sebagai berikut: Efisieni alokasi input yang dilakukan petani bawang
merah di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang yaitu
belum efisien, penggunaan input-input produksi usahatani bawang merah
menunjukkan alokasi penggunaan benih sebesar 2,6 dengan hasil lebih dari 1,
sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan benih usahatani bawang
merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi benih menjadi sebesar
6.941 kg/ha. Alokasi penggunaan pupuk Kandang sebesar 2,2 dengan hasil lebih
dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan pupuk kandang
usahatani bawang merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi
bawang merah menjadi sebesar 8.476 kg/hektar. Alokasi penggunaan pupuk NPK
sebesar -0.15 dengan hasil kurang dari 1, sehingga tidak efisien secara alokatif.
Agar penggunaan efisien maka perlu di kurangi pengunaan pupuk NPK sebesar
2.207,14. Alokasi penggunaan tenaga kerja sebesar 3,6 dengan hasil lebih dari 1,
sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan tenaga kerja pada
usahatani bawang merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi
tenaga kerja menjadi sebesar 1.703 HOK. Hasil analisis untuk mengukur tingat
resiko pendapatan menggunakan koefisien variasi (CV) diperoleh nilai CV
sebesar 2,48 yaitu lebih besar dari 0,5 dengan batas bawah (L) sebesar -
545.764.394,59 Hal ini menunjukkan bahwa adanya peluang risiko pendapatan
dalam melakukan usahatani bawang merah yang dipengaruhi oleh produksi
bawang merah dan biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang diajukan sebagai berikut: kurang optimalnya penggunaan benih dapat diatasi
dengan melakukan penambahan jumlah penggunaan benih, dimana harus
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Salah satu solusi yang dapat dilakukan
yaitu dengan penanaman benih satu persatu per lubang tanam dengan tujuan untuk
menghindari kompetisi bagi bibit dalam hal perolehan nutrisinya serta bertujuan
untuk menghemat penggunaan benih. Permasalahan kurang optimalnya
penggunaan pupuk Kandang juga harus diperhatikan dari standar operasional
prosedur dari penggunaan pupuk itu sendiri agar penggunaan pupuk tepat jumlah,
tidak kurang dan tidak lebih. Permasalahn kurang optimalnya penggunaan pupuk
NPK dapat diatasi dengan menggurangi penggunaan jumlah pupuk NPK dan
disesuaikan dengan dosis. Permasalahan kurang optimalnya penggunaan tenaga
kerja, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari lahan serta kegiatan usahataninya.
Selain itu, untuk memperkecil resiko pendapatan Perlu adanya penyuluhan
kepada petani mengenai teknik budidaya bawang merah dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan bukan hanya di dalam keluarga petani saja namun secara
global untuk kepentingan pasar serta meningkatkan posisi tawar petani di pasar
yaitu dengan Perbaikan kelembagaan petani, peningkatan aksesibilitas petani
terhadap sumber pendanaan, pasar produk, maupun pasar input.