Model Pengembangan Desa Wisata “Kampung Majapahit” (Studi Kasus Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto)
Abstract
Desa wisata merupakan wujud kreatifitas yang muncul akibat dari sesuatu fenomena sekitar yang mempunyai daya tarik lebih dari desa-desa lainnya. Termasuk Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, merupakan salah satu tiga desa yang ada di Kecamatan Trowulan masuk dalam wilayah pengembangan II untuk dijadikan wisata purbakala. Tiga desa yang masuk dalam wilayah pengembangan strategis ialah Desa Bejijong, Desa Sentonorejo, dan Desa Jatipasar. Setelah selesai terbangunnya kurang lebih 200 unit rumah bertopeng perkampungan majapahit di Desa Bejijong pada tahun 2015 guna memfasilitasi wisata situs-situs peninggalan bersejarah dan diperuntukan menjadi home stay, maka dari itu Desa Bejijong mendapatkan julukan sebagai Desa Wisata Kampung Majapahit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pengembangan desa wisata dan apakah terdapat kerjasama atau kolaborasi sektor-sektor pembangun yang disebut kerjasama Penta Helix Model (Pemerintah, Swasta, Masyarakat, Akademisi, dan Media Massa). Dalam proses pengembangan desa wisata terdapat faktor pedukung dan faktor penghambat yang dapat mempengaruhi model pengembangan desa wisata. dan faktor apa yang menyebabkan belum terwujudnya Desa Wisata Kampung Majapahit yang efektif dan kuat.
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pada penelitian metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif (interactive model) dari Miles dan Huberman dalam Saldana (2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit ialah (1) Model pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dan terdapat usaha pengembangan desa wisata melalui kerjasama atau kolaborasi dengan lima sektor (Pemerintah, Swasta, Masyarakat, Akademisi, dan Media Massa) disebut dengan Penta Helix model (2) Dalam model pengembangan desa wisata ini ditemukan beberapa faktor pendukung seperti partisipasi masyarakat yang ditunjukkan oleh Sanggar Bhagaskara dalam memberikan atraksi desa wisata (3) Pada faktor penghambat ditemui seperti lahan parkir terbatas, home stay dengan fasilitas seadanya, kamar mandi menjadi satu dengan pemilik home stay, dan masih minim atraksi desa wisata yang ditawarkan, (4) Dalam mewujudkan desa wisata yang efektif dan kuat masih ditemui ego sektor pada proses pengembangan desa wisata ialah sektor Pemerintah Desa dan sektor Masyarakat. (5) Kesadaran untuk memiliki desa wisata serta kurang percaya diri masyarakat Desa bahwa desanya menjadi desa wisata.