Preferensi Rumah Tangga Terhadap Ethnofood Sawut sebagai Alternatif Ketahanan Pangan Karbohidrat pada Masa Pandemi Covid 19
Abstract
Ketahanan pangan adalah syarat dalam memenuhi pangan rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah mutunya, aman, merata, dan juga terjangkau. Menurut undang-undang nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamankan bahwa pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan banyaknya jumlah penduduk serta tingginya tingkat pertumbuhan, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah suatu tantangan untuk mendapatkan prioritas kesejahteraan bangsa. Pada kondisi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung dari awal tahun 2020 masyarakat perlu mengetahui bagaimana kesiapan ketahanan pangan dalam menghadapi covid-19 ini. Oleh karena itu, diperlukan kecukupan pangan salah satu komoditas strategis pangan adalah beras. Beras merupakan pangan pokok sumber karbohidrat bagi sebagian besar rumah tangga di Indonesia. Selain beras ada umbi-umbian yang berfungsi sebagai bahan pangan pengganti karbohidrat, seperti singkong. Penelitian tentang pangan lokal dan etnofood telah banyak dilakukan diberbagai negara. Oleh karena itu penelitian ini dapat mendukung program kemandirian pangan sehingga ketergantungan terhadap impor beras menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis perferensi rumah tangga dalam mengonsumsi ethnofood sawut sebagai alternatif pangan pada masa pandemi covid-19. 2) menganalisis share pengeluaran rumah tangga terhadap ethnofood sawut sebagai alternatif pangan karbohidrat pada masa pandemi covid-19. Penelitian ini di Kota Malang, Jawa Timur dan waktu penelitian pelaksaan penelitian ini pada bulan Oktober sampai dengan Januari 2022. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara non probabilitas yaitu convenience sampling dengan menggunakan metode Krejcie dan Morgan yang menunjukkan bahwa jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 77 responden.
Metode penelitian ini adalah pendekatan campuran yaitu kuantitatif dengan pengukuran variabel yang disajikan dalam bentuk angka serta pendekatan kualitatif yang dipaparkan dengan secara deskriptif yang memperkuat penjelasan data kuantitatif. Untuk analisis data menggunakan analisis conjoint untuk menganasis preferensi rumah tangga dalam mengonsumsi ethnofood sawut dan share pengeluaran rumah tangga untuk menganalisis share pengeluaran rumah tangga terhadap ethnofood sawut.
Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan Preferensi Rumah Tangga Terhadap Ethnofood Sawut sebagai Alternatif Ketahanan Pangan Karbohidrat pada Masa Pandemi Covid 19 dijelaskan bahwa Rumah tangga lebih menyukai sawut dengan harga murah, rasa manis, tekstur kasar, aroma kuat, cara mendapatkan dengan membeli dan warna sawut yang paling disukai adalah warna kuning kecoklatan. Dari important value dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumsi ethnofood sawut yang paling tinggi adalah aroma dengan nilai sebesar 20,980%, artinya atribut aroma termasuk atribut yang paling penting. Atribut tekstur (18,233%), harga (17,527%), rasa (16,978%), cara mendapatkan (14,836%), dan warna sebesar 11,446%. Berdasaerkan hasil uji correlations analisis conjoint didapatkan nilai didapatkan hasil nilai sig. Pearson's R adalah 0,001 < 0,05 dan nilai signifikan Kendall's Tau adalah 0,001< 0,05. Ini berarti ketepatan penilaian aktual dan penilaian hasil estimasi sangat signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan atribut sawut yang terdiri dari harga murah, rasa manis, tekstur kasar, aroma kuat, cara mendaptakan dengan membeli dan warna kuning kecoklatan tersebut meningkatkan perferensi rumah tangga dalam mengonsumsi ethnofood sawut sebagai alternatif pangan pada masa pandemi.
Share pengeluaran rumah tangga terhadap ethnofood sawut sebagai alternatif pangan di masa pandemi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa share pengeluaran beras (53,64%), sawut (25,75%), singkong (6,46%), kentang (6,43%), ubi jalar (5,15%), dan share pengeluaran terendah jagung sebesar (2,57%). Meskipun kentang merupakan sumber pangan pokok sumber karbohidrat namun seringkali rumah tangga mengonsumsi kentang untuk sayur yang dikonsumsi bersamaan dengan nasi (komplementer). Berdasarkan hasil temuan ini menegaskan bahwa mengonsumsi sawut menjadi penyangga pola konsumsi alternatif pangan rumah tangga selain beras. Disamping itu tingginya important value sawut ini menegaskan bahwa jenis pangan ini dapat menjadi alternatif pangan penting preferensi konsumsi karbohidrat alternatif pangan rumah tangga pada masa pandemi Covid 19.
Berdasarkan hasil maka penulis melampirkan hasil penelitian ini saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu masyarakat Kota Malang dapat meningkatkan mengonsumsi alternatif pangan karbohidrat untuk mengurangi ketergantungan rumah tangga terhadap beras sehingga impor beras berkurang. Penelitian ini terdapat atribut dan sub atribut bahwa rumah tangga dalam mengonsumsi ethnofood sawut cenderung memilih aroma, saran untuk produsen untuk membuat mempertahankan aroma khas dari sawut tersebut. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terhadap atribut dan sub atribut lain yang tidak terdapat pada penelitian ini, sehingga lebih di ketahui akan keputusan mengonsumsi sawut sebagai alternatif pangan.
Kata kunci : Preferensi Rumah Tangga, Ethnofood Sawut, Alternatif, Ketahanan Pangan, Karbohidrat, Pandemi Covid 19