Konstruksi Identitas dan Partisipasi Kelas Mahasiswa Pascasarjana Indonesia di Universitas Australia
Abstract
Pembelajaran bahasa kedua (L2) sejauh ini dianggap sebagai ruang bagi
pembelajar bahasa L2 untuk membangun identitas mereka dan berpartisipasi di kelas
melalui partisipasi kelas dengan rekan-rekan senior. Sementara penelitian di bidang ini
secara ekstensif difokuskan pada mahasiswa pascasarjana internasional yang berbicara
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dan belajar di universitas-universitas berbahasa
Inggris di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris (misalnya, Hong Kong, Cina,
Taiwan), ada kekurangan penelitian membongkar bagaimana bahasa Inggris sebagai
siswa bahasa asing yang mengejar gelar di universitas menengah bahasa Inggris di
negara-negara berbahasa Inggris membangun identitas mereka melalui partisipasi kelas.
Studi naratif ini mengeksplorasi konstruksi identitas dan partisipasi kelas seorang
mahasiswi Indonesia yang mengikuti program Master di TESOL di sebuah universitas
Australia. Didasarkan dari kerangka identitas dan investasi (Norton, 2000) dan teori
pembelajaran terletak (Lave & Wenger, 1991), penelitian ini secara khusus menyelidiki
konstruksi identitas yang berubah sepanjang waktu yang dibentuk oleh keterlibatan
peserta dalam komunitas praktik. Analisis data mengikuti prosedur kategoris
Polkinghorne (1995) dan ruang penyelidikan naratif tiga dimensi Connelly and Clandinin
(2006).
Temuan menggambarkan konstruksi identitas bertahap dan kompleks yang
dimediasi oleh partisipasi kelas agentif peserta. Ditemukan juga bahwa identitas peserta
berkembang sepanjang waktu bersama dengan gerakan dari periferal ke partisipasi penuh.
Temuan dari penelitian ini memberikan perspektif yang menghasilkan teori bagi guru
EFL di Indonesia yang ingin mengejar gelar mereka di luar negeri dalam hal 1)
memandang pembelajaran L2 sebagai praktik sosial dengan terlibat dalam keterlibatan
aktif dengan rekan senior di kelas, 2) memahami kehadiran varietas bahasa Inggris
lainnya terutama dari Inner Circle sebelum mendaftar di universitas, 3) merumuskan
investasi pembelajaran dan agensi, 4) memperhatikan hubungan kelas yang tidak setara,
dan 5) memberlakukan gerakan keterlibatan dari pinggiran ke partisipasi penuh di kelas.