dc.description.abstract | Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu dan pencucian kedelai. Limbah ampas tahu mengandung zat-zat organik terdiri dari protein (± 65%), karbohidrat (± 25%), lemak (± 25%) (Udin Djabu, 1991). Ampas tahu memiliki nilai pH 7 (Rosidah, 2016).
Pupuk hayati adalah formula yang berbahan aktif mikroorganisme hidup atau laten (mikroba), biasanya berbentuk cair atau padat, mempunyai kemampuan memfasilitasi dan meningkatkan ketersediaan hara melalui proses biologis yang dari tidak tersedia menjadi bentuk tersedia. Salah satu pupuk hayati yang dapat digunakan adalah pupuk hayati VP3. Pupuk hayati VP3 merupakan formulasi pupuk hayati cair yang dibuat dari vermiwash sebagai bahan pembawa, molase, PEG, dan 3 isolat bakteri fungsional (Arfarita, et al., 2020). Pupuk hayati VP3 mengandung 3 isolat bakteri tanah indigenus yaitu: bakteri penambat N free Bacillus cereus , bakteri pelarut fosfat Pantoea ananatis dan bakteri penghasil EPS (eksopolisakarida). Pseudomonas plecoglossicida yang terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman buncis, kacang hijau, dan kedelai (Arfarita et al., 2017; 2016).
Pada penelitian kali ini pupuk hayati VP3 akan diperkaya dengan Trichoderma viride FRP3 dalam bentuk pelet yang berbahan dasar limbah padat ampas tahu. Adapun tujuan pada penelitian kali ini adalah mengetahui suhu pengeringan yang sesuai untuk pembuatan pupuk pelet BioferNA berbahan dasar limbah ampas tahu dan hasil pengeringan dengan total viabilitas agen hayati terbaik akan diuji cobakan pada bibit tanaman tomat dan terong untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan adanya gejala patogenitas maupun kelainan pertumbuhan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan. Dimulai pada bulan Februari 2022 hingga Juni 2022. Penelitian dilakukan Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Pusat dan Halal Center, Universitas Islam Malang. Rancangan yang digunakan pada Uji Viabilitas Agen Hayati adalah Acak Lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Sedangkan Rancangan yang digunakan pada Uji pada Bibit Tanaman menggunakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dan masing-masing diulang sebanyak 4 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan pelet BioferNA berbahan dasar limbah ampas tahu berpengaruh nyata terhadap total viabilitas agen hayati. Suhu pengeringan 40°C memiliki rata-rata total viabilitas agen hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu 50°C. Pelet BioferNA berbahan dasar limbah ampas tahu yang ditambahkan VP3 dan Trichoderma viride FRP3 berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit dan bobot segar bibit terong dan tomat, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar bibit tomat dan terong.
Kata Kunci : Suhu Pengeringan, Viabilitas Agen Hayati Pelet BioferNA, Dasar Limbah Ampas Tahu dan Bibit Tanaman | en_US |