Show simple item record

dc.contributor.authorTaufiqurrachman, Muhamad Agung
dc.date.accessioned2023-01-07T02:25:27Z
dc.date.available2023-01-07T02:25:27Z
dc.date.issued2022-11-30
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/6152
dc.description.abstractPopulasi ternak domba di Kabupaten Bondowoso meningkat di setiap tahunnya, pada tahun 2016 hingga 2020 secara berurut-urut sebagai berikut: 38.723 ekor, 41.156 ekor, 41.678 ekor, 42.937 ekor dan 46.229 ekor. Namun jumlah tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan akan daging domba. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kabupaten Bondowoso memiliki 23 kecamatan, dimana diambil 20% untuk dijadikan lokasi penyebaran kuisioner, yaitu sebanyak 5 Kecamatan yang terletak di bagian timur (Cermee), barat (Wringin), utara (Tegalampel), selatan (Tamanan) dan tengah (Tenggarang). Jumlah keseluruhan responden sebanyak 30 peternak domba yang dibagi menjadi 3 strata yaitu peternak kecil, medium dan besar. Selanjutnya dibagikan kuisioner untuk 2 ahli bidang peternakan. Kuisioner dari peternak diolah menggunakan analisis SWOT dan kuisioner dari ahli bidang peternakan diolah menggunakan AHP. Hasil dari analisis SWOT yaitu 50% responden terletak di kuadran 1 yang artinya berada dalam kondisi sangat menguntungkan, 6,67% berada pada kuadran 2 (sedang menghadapi ancaman, tetapi masih memilki kekuatan dari faktor internal), 16,67% berada di kuadran 3 (memiliki peluang pasar yang sangat besar tetapi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal) dan 26,67% berada di kuadran 4 (situasi yang sangat tidak menguntungkan). Dengan kondisi peternakan di atas (berdasarkan letak kuadran), maka variabel yang paling direkomendasikan oleh para ahli menurut hasil AHP adalah “sumber daya alam yang tersedia, terutama hijauan dan limbah pertanian” (kode V1). Selanjutnya strategi yang paling direkomendasikan adalah “Usaha peternakan harus terintegrasi dari industri hulu ke hilir, seperti memproduksi pakan, penjualan menggunakan harga pasar terbaru dan kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik” (kode S1). Kesimpulan penelitian ini adalah berdasarkan analisis SWOT, 50% peternak domba di Kabupaten Bondowoso berada pada kondisi yang sangat menguntungkan. Berdasarkan AHP, variabel yang paling direkomendasikan untuk perkembangan peternakan domba adalah kode V1, dan strategi yang paling direkomendasikan adalah kode S1. Hal yang dapat disarankan adalah sebaiknya peternak dapat menjalin komunikasi sesama peternak untuk bertukar pengalaman dan terbuka pada pengetahuan baru di bidang peternakan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectPeternakan Dombaen_US
dc.subjectSWOTen_US
dc.titleAnalisis Strategi Pengembangan Peternakan Domba di Kabupaten Bondowosoen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record