ADAPTASI SANTRI DALAM BUDAYA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM (Kajian Etnografi di Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo)
Abstract
Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong merupakan sebuah entitas budaya
tersendiri yang memiliki nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang khas, yang tidak
sama dengan pesantren lain ataupun masyarakat sekitarnya. Bagi santri yang belajar
di PZH Genggong, terutama santri baru, ketika memasuki pesantren mereka
memasuki lingkungan baru, suasana baru, bahkan nilai-nilai dan kebiasan kebiasaan yang mungkin belum mereka kenal. Dengan demikian mereka akan
berinteraksi dengan lingkungan baru, suasana baru, bahkan nilai-nilai dan
kebiasan-kebiasaan baru dan berusaha untuk menyesuaikan diri agar bisa nyaman
tinggal di PZH Genggong. Proses penyesuaian diri santri di PZH Genggong inilah
yang kemudian disebut dengan adaptasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memahami dan
menganalisis budaya pendidikan keagamaan Islam di PZH Genggong yang
mencakup: nilai-nilai budaya dan kebiasaan-kebiasaan pendidikan keagamaan
Islam di PZH Genggong; tahapan proses adaptasi santri baru dalam budaya
pendidikan keagamaan Islam di PZH Genggong; dan model Pendidikan Islam
Multikultural pada adaptasi santri dalam budaya pendidikan keagamaan Islam di
PZH Genggong.
Untuk itu, dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif karena pada
hakekatnya pendekatan ini mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya. Peneliti menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan pandangan yang dikumpulkan dari para informan secara rinci dan melakukan
penelitian dalam situasi alamiah. Dan metode yang digunakan adalah etnografi
yakni pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan untuk memberi suatu
gambaran holistik subyek penelitian dengan penekanan pada pemotretan
pengalaman sehari-hari individu dengan mengamati dan mewawancarai mereka
dan orang lain yangberhubungan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi, serta penentuan
sumber data melalu purposive sampling. Sedangkan analisis data menggunakan
analisis data model analisis interaktif Miles-Huberman dan analisis etnografi
Spradley.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Nilai-nilai yang ada PZH
Genggong terdiri dari nilai Satlogi Santri dan Sembilan Budi Utama Santri yang
berasaskan pada nilai moral, nilai religius dan nilai ilmiah. Nilai-nilai moral yang
ada dalam Satlogi Santri adalah S (Sopan Santun) A (Ajeg/Istiqomah) dan N
(Nasehat). Sedangkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam Sembilan Budi Utama santri antara lain Sopan Santun, Jujur, Amanah, Disiplin, Tanggung Jawab
Menghormati Guru dan Orang Tua. Nilai-nilai religius yang tercermin dari Satlogi
Santri anta lain T (Taqwallah) R (Ridhallah) I (Ikhlas Lillahi Ta’ala). Sedang
dalam Sembilan Budi Utama Santri nilai-nilai religious ini tercermin dalam
Taqwallah, dan Cinta Ibadah. Dan nilai-nilai ilmiah yang tercermin dalam
Sembilan Budi Utama Santri selanjutnya adalah nilai-nilai ilmiah yakni Cinta Ilmu
dan Visioner. Selain itu PZH Genggong juga menjunjung sanad keilmuan dan sanad
tarakat Naqsyabandiyah: 2) Kebiasaan-kebiasaan di PZH Genggong terstruktur
dalam kegiatan Yaumiyyah, Usbu’iyyah, Syahriyyah, dan Sanawiyyah; dan
merupakan ekspresi dari nilai-nilai Satlogi Santri dan Sembilan Budi Utama Santri;
3) Proses adaptasi santri dalam budaya PZH Genggong melalui beberapai proses
tahapan antara lain persiapan fisik dan psikis sebelum mondok (preparation for
change), fase mondok itu menyenangkan (phase 1 –honeymoon), fase tidak betah
di pondok (phase 2 -frustation), fase belajar menjadi santri yang baik (phase 3 -
readjustment), dan terakhir adalah fase menjadi santri PZH Genggong (phase 4 -
resolution) dengan menggunakan mekanisme coping, stimuli, internalisasi,
indoktrinasi dan respon; 4) Model Pendidikan Islam Multikultural melalui proses
adaptasi santri dalam budaya PZH Genggong terdiri dari beberapa komponen
yakni: 1) nilai-nilai utama yang ada di PZH Genggong yang terakumulasi dalam
Satlogi Santri dan Sembilan Budi Utama Santri, 2) struktur sosial PZH Genggong
terdiri dari atas individu dan masyarakat, lingkungan dan kebiasaan, 3) interaksi
sosial yakni proses adaptasi yang merupakan proses penyesuaian diri santri dengan
nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan di PZH Genggong, dan 4) fungsi sosial sebagai
output dari proses adaptasi santri dalam budaya PZH Genggong adalah terjadinya
transformasi nilai-nilai Satlogi Santri dan Sembilan Budi Utama Santri yang
kemudian terekspresi dalam kebiasaan-kebiasaan santri sehingga terjadi harmoni
sosial dalam kehidupan santri di PZH Genggong.
Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memahami proses adaptasi, terutama bagi santri baru, saat mereka memasuki
pesantren yang memiliki nilai-nilai dan seperangkat kebiasaan yang khas. Bagi
pemangku kebijakan pendidikan, penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi dan
acuan dalam mengembangkan nilai, kegiatan, kebiasaan untuk menciptakan
budaya Islami dalam rangka memfasilitasi proses tumbuh kembang santri/peserta
didik yang memiliki karakter inklusif, moderat yang berbasis pada pendidikan
Islam multikultural yang menghargai kearifan dan budaya lokal sebagai generasi
penerus bangsa agar tercipta harmoni dalam kehidupan masyarakat.