dc.description.abstract | Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan formulasi yang mengandng organisme aktif atau laten (mikroba), biasanya berbentuk cair ataupun padat, dapat memobilisasi, memperlancar, dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah yang tidak tersedia sehingga menjadi tersedia dalam bentuk melalui proses biologis. Sebelumnya, Arfarita et al, (2016; 2017; 2019) telah memformulasikan pupuk hayati VP3 berbentuk cair (Vermiwash + PEG 1%) yang diperkaya tiga isolate bakteri indigenous yakni bakteri penambat N-free (Bacillus licheniformis), bakteri pelarut fosfat (Pantoea ananatis), dan bakteri penghasil eksopolisakarida (Pseudomonas plecogloccicide). Pupuk hayati berbentuk pelet awalnya berasal dari pupuk hayati cair yang ditambahkan bahan padatan sehingga berbentuk pelet, biasanya bahan padatan yang digunakan berupa bekatul dan molase sebagai perekat. Suhu pengeringan pelet sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan agens hayati yang berlanjut pada hasil pupuk pelet karena terdapat beberapa jenis mikroba yang mampu hidup pada rentang suhu mesofilik (20℃ - 45℃), maupun termofilik (45℃ - 75℃).
Disisi lain, limbah merupakan suatu permasalahan yang akan berdampak buru bagi lingkungan salah satunya limbang cangkang telur. Cangkang telur merupakan salah satu limbah yang potensial dijadikan sebagai bahan pembawa mikroba pupuk hayati pada kandungan cangkang telur terdapat beberapa komponen penting sebagai bahan pembawa bakteri pelarut phosphat seperti 97% Kalsium Bikarbonat, Magnesium, Natrium, Kalium, Seng, Mangan, Besi dan Tembaga (G.D. Butcher dan R. Miles., 2012). Penelitian dilakukan untuk mengetahui suhu pengeringan yang sesuai pada pelet dengan komposisi penambahan limbah cangkang telur yang baik pada formulasi pupuk hayati bentuk pelet terhadap viabilitas bakteri pupuk hayati VP3 dan pengaruh formulasi pupuk terhadap pertumbuhan bibit tanaman terong.
Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan pada Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Pusat dan Halal Center Universitas Islam Malang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap uji viabilitas sebelum pengeringan, Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor 1: persentase limbang cangkang telur (0%, 5%, 10% dan 15%) dan factor 2 : suhu pengeringan (40℃, 43℃ dan 46℃) uji viabilitas setelah pengeringan dan Rancangan Acak kelompok untuk uji pengaruh pupuk pada pertumbuhan bibit tanaman terong. Data hasil analisis ragam ANOVA kemudian dianalisis menggunakan uji BNT taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan uji viabilitas agens hayati sampel pelet pupuk BioferNA berbahan dasar limbah cangkang telur terdapat pengaruh nyata antar perlakuan persentase cangkang telur berbeda namun tidak terdapat interaksi yang nyata antara factor 1 dengan factor 2. Suhu pengeringan 40℃ menunjukkan hasil lebih optimal dalam mempertahankan viabilitas bakteri dengan rata-rata 219,75 x 109 CFU/g setelah pengeringan, dimana pada persentase penurunan viabilitas perlakuan V3 penambahan limbah cangkang telur berpengaruh terhadap tingginya persentase penurunan viabilitas bakteri dengan rata-rata 65,27%.
Sedangkan pengaruh pupuk pelet pada uji bibit tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman terong, baik pada tinggi bibit, bobot segar bibit maupun total panjang akar bibit tanaman terong. Perlakuan V3 (penambahan cangkang telur 15%) memiliki nilai rata-rata tertinggi pada parameter tinggi bibit 5,091 cm/perlakuan namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan V2 maupun V1 dan bobot segar bibit perlakuan V3 memiliki rata-rata nilai tertinggi 0,0477 garm/perlakuan. Pada total panjang akar bibit tanaman terong perlakuan V2 (penambahan cangkang telur 10%) memiliki nilai rata-rata tertinggi 532,09 mm/perlakuan daripada perlakuan lain namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V3.
Kata Kunci : Pengaruh, Pupuk Hayati VP3, Persentase Limbah Cangkang Telur Berbeda, Pertumbuhan Bibit Tanaman Terong (Solanum melongena L.) | en_US |