Preferensi merupakan kecenderungan seseorang dalam melakukan pilihan terhadap produk yang didasarkan atas keinginan dan selera yang dimiliki oleh masing-masing individu. Namun jumlah konsumsi masyarakat terhadap produk olahan tepung terigu di Kota Malang menunjukkan bahwa tingkat preferensi masyarakat terhadap tepung terigu di Kota Malang sangat tinggi. Sedangkan kekayaan sumber daya alam yang dapat dijadikan bahan baku tepung cukup banyak tersedia. Selain itu dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk setengah jadi seperti tepung, maka penggunaannya juga lebih praktis dan fleksibel karena dapat digunakan sebagai bahan baku atau campuran (composite flour) dalam pembuatan aneka makanan seperti roti, mie, kue, jajanan pasar dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji preferensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produsen usaha kecil menengah dalam mengadopsi tepung lokal sebagai bentuk diversifikasi bahan baku aneka makanan di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang pada bulan November hingga Desember 2022 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling, dimana anggota populasi jumlah produsen UKM pengolahan yang menggunakan bahan baku tepung lokal sejumlah 1474 UKM di Kota Malang. Pada penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik sampling dengan metode berdasarkan tabel Yount yang menghasilkan sampel 74 responden. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode conjoint analysis dan logistic regression. Terdapat dua jenis variabel pada penelitian ini, yaitu variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi produsen dalam mengadopsi tepung lokal (kemasan, harga, warna, tekstur, permintaan, kelas sosial, motivasi, dan kesehatan), dan variabel terikat yaitu preferensi produsen dalam mengadopsi tepung lokal. Berdasarkan hasil conjoint analysis menunjukkan bahwa preferensi produsen UKM dalam mengadopsi tepung lokal adalah produsen prefer terhadap produk tepung lokal dengan kemasan plastik (0,001), dijual dengan harga Rp. 5000 – Rp. 10.000 (0,065), memiliki volume 0,25Kg (0,026), memiliki warna putih (0,020), dengan tekstur halus (0,044), dan jenis tepung tapioka (1,040). Berdasarkan hasil regression logistic analysis adalah diperoleh nilai Nagelkerke R Square sebesar 65,3%. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan variabel mampu menjelaskan pengaruh terhadap keputusan adopsi produsen terhadap tepung lokal. Selain itu berdasarkan hasil uji wald diperoleh bahwa faktor warna (X4), jenis tepung (X6), dan permintaan (X7) berpengaruh secara signifikan < 0,10. Sedangkan faktor kemasan (X1), harga (X2), volume (X3), tekstur (X5), kelas sosial (X8), motivasi (X9), dan kesehatan (X10) tidak berpengaruh signifikan < 0,10. Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah Y = -245,823 - 1,404(X1) + 0,404(X2) - 0,587(X3) + 2,497(X4) + 28,574(X5) + 0,796(X6) + 8,417(X7) + 2,611(X8) + 1,787(X9) + 0,825(X10). Saran yang dapat peneliti berikan adalah Kepada produsen tepung lokal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar agar dapat memproduksi tepung lokal yang memiliki karakteristik produk sesuai dengan permintaan pasar seperti produsen UKM dan konsumen yang mengadopsi tepung lokal. Selain itu berdasarkan nilai Nagelkerke R Square pada penelitian ini adalah 65,3%, maka masih terdapat 34,7% potensi pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dan bisa diteliti untuk penelitian selanjutnya, misalnya variabel jenis produk dan ketersediaan. Kata Kunci : Preferensi, Produsen Usaha Kecil Menengah, Tepung Lokal, Diversifikasi, Bahan Baku Aneka Makanan, Kota Malang