dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan lamtoro
taramba pada berbagai tingkat dalam pakan komplit penggemukan sapi terhadap
performans yaitu Konsumsi pakan (Konsumsi BK dan PK), PBBH, FCR, dan juga
untuk mengetahui efektivitas anthelmintik pada helminthiasis melalui angka
penurunan EPG (Egg per Gram of faeses) pada sapi Bali jantan.
Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak Dorompana Kel. Kandai 1,
Kec. Dompu Kab. Dompu dan Laboratorium Keswan Kesmavet Dinas Peternakan
dan Kesehatan Kab. Dompu NTB pada tanggal 4 sampai 31 Desember 2022.
Menggunakan 20 ekor sapi Bali jantan berumur 12 bulan dengan bobot badan awal
125,78 ± 4,324 kg (koefisien keragaman 3,44%) yang dikelompokkan secara acak,
dan pakan komplit penggemukan terdiri dari pakan hijauan yaitu jerami jagung dan
pakan konsentrat yang terdiri dari lamtoro taramba, ampas tahu, dedak padi dan
molases dengan imbangan hijauan: konsentrat adalah 40%: 60%. Menggunakan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap, dimana jumlah perlakuan
sebanyak 4 dan ulangan sebanyak 5. Pakan perlakuan yaitu P0: jerami jagung +
pakan konsentrat (tanpa lamtoro 0% Kontrol); P1: jerami jagung+ pakan konsentrat
(lamtoro 9%); P2: jerami jagung + pakan konsentrat (lamtoro 18%) dan P3: jerami
jagung+pakan konsentrat (lamtoro 27%). Variabel yang diamati adalah konsumsi
pakan (yang meliputi konsumsi BK dan PK), pertambahan bobot badan harian
(PBBH), konversi pakan (FCR), dan juga angka penurunan EPG untuk mengetahui
efektivitas lamtoro sebagai anthelmintik pada kasus helminthiasis gastrointestinal
sapi Bali jantan. Data dianalisis menggunakan analisis uji oneway anova dan uji t
berpasangan dan jika hasilnya berbeda signifikan, maka dilanjutkan uji tukey untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai F hitung > F tabel, dan p-value < 0.05
sehingga bahwa tingkat pemberian lamtoro yang berbeda, berpengaruh signifikan
terhadap konsumsi pakan yaitu konsumsi BK secara berturut-turut P0, P1, P2 dan
P3 (3,76±0,039; 4,00±0,071; 4,17±0,073 dan 4,35±0,02 kg/ekor/hari), konsumsi
PK secara berturut-turut(0,49±0,005; 0,52±0,009; 0,55±0,009 dan 0,58±0,003
kg/ekor/hari), PBBH secara berturut-turut (0,77±0,052; 0,78±0,044; 0,94±0,048
dan 1,14±0,020 kg/ekor/hari), FCR secara berturut-turut (4,92±0,349; 5,12±0,202;
4,47±0,165 dan 3.83±0,087) dan terhadap angka penurunan EPG secara berturut turut (-17,67±13,00; 17,44±4,60; 23,97±6,83 dan 26,92±9,81%) dimana pada
perlakuan kontrol justru mengalami peningkatan EPG, hal ini menunjang hasil yang berbeda signifikan. Selanjutnya untuk melihat efektivitas masing-masing perlakuan
dalam menurunkan EPG yaitu melalui perhitungan FECRT secara berturut-turut
dari P1, P2, dan P3 adalah 17,50; 23,33 dan 26,32%.
Kesimpulan penelitian adalah pemberian lamtoro taramba 27% pada pakan
komplit penggemukan adalah proporsi optimal yang paling efektif dan ideal dalam
meningkatkan performans sapi Bali melalui peningkatan konsumsi pakan
(konsumsi BK dan PK,), peningkatan PBBH, penurunan nilai konversi pakan
(FCR) juga penurunan jumlah telur cacing (EPG) dalam feses khususnya parasit
cacing nematoda sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan mampu
menjadi obat pakan fungsional yang dalam praktek pemberian pakan dapat
mempengaruhi efikasi pengendalian parasit cacing. | en_US |