Pendidikan Islam Multikultural (Kajian Multisitus tentang Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 dan 2 Medowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri)
Abstract
Sekolah Dasar Negeri Medowo merupakan lembaga pendidikan dasar
yang berada di masyarakat multi agama dan sudah terwujud adanya Pendidikan
Islam Multikultural. Dalam proses pembelajaran agama yang di luar jam
pelajaran, satu tahun diadakan kegiatan keagamaan 3 kali hari besar yang terdapat
pada 3 agama, yaitu Hari Besar Nyepi untuk Agama Hindu, Hari Besar Natal
untuk Agama Kristen, dan hari Raya Idul Adha untuk Agama Islam. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan tersebut seluruh siswa, apapun agamanya, diharuskan
mengikuti ketiga kegiatan keagamaan tersebut. Akan tetapi karena siswanya
terdiri dari 3 agama, untuk mengindarkan fanatisme, maka hari raya itu diberi
nama yang sifatnya umum dan bisa diterima oleh ketiga pemeluk agama, sehingga
tidak mengarah ke salah satu agama. Pelaksanaan Hari Raya Nyepi dan Natal
dikemas dengan istilah makan bersama, sedangkan Hari Raya idul Adha diberi
nama “mbancaki sekolahan”.
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan
menginterpretasi terhadap komponen proses pembelajaran Pendidikan Islam
multikultural, implementasi proses pembelajaran Pendidikan Islam Multikultural
dan model proses pembelajaran Pendidikan Islam Multikultural..
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif serta pendekatan
multisitus, teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan
telaah dokumentasi. Data dianalisis interaktif melalui tiga bagian, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menjawab fokus bahwa Komponen Pembelajaran
pendidikan Islam multikultural terlaksana dengan proses: (1) diajarkan oleh guru
Agama Islam, sedang guru agama lain mendukungnya, (2) di dalam kelas diikuti
oleh siswa yang beragama Islam dan di luar kelas oleh semua siswa multiagama,
(3) bertujuan menumbuhkembangkan akidah, mewujudkan manusia yang taat
beragama dan berakhlak mulia, (4) materinya meliputi akidah, ibadah, akhlak,
dengan penumbuhan kesadaran beragama kepada semua siswa lintas agama dan
adat kebiasaan lingkungan, (5) medianya meliputi al-Qur’an, guru (orang),
gambar, peta, dan PHBI, dan kegiatan sosial, (6) metodenya ceramah, tanya
jawab, penugasan, menghafal, praktik, ceramah, demonstrasi, modeling, praktik
(7) evaluasi dilaksanakan melalui Ujian Harian, UTS, UAS, penilaian tugas LKS,
setor hafalan surat-surat pendek, mengamati praktik ibadah (8) adat kebiasaan
lingkungan (hidden curriculum)
Proses Pembelajaran Pendidikan Islam Multikultural adalah Ajaran Islam
tentang Multikultural Saling Menghormati Antar pemeluk Agama dan Budaya,
Praktik Pendidikan Islam Multikultural pada acara peringatan hari besar agama,
sikap guru saling menghormati terhadap ritual agama lain, sikap Murid terhadap
Ritual Agama lain senang dan antosias, Intensitas dan Cara Pendidikan Islam
Multikultural kepada siswa terlaksana intensif di dalam dan di luar kelas.
Partisipasi dan peran guru dalam acara ritual agama lain tidak berpartisipasi dan
berperan dalam acara ritual agama lain tetapi selalu menghormatinya secara
guyub, respons wali murid terhadap Pelaksanaan Pendidikan Islam Multikultural
Selalu mendukung, sangat baik, dan merespon sangat positif, respons warga
masyarakat terhadap Pelaksanaan Pendidikan Islam Multikultural senang dan
antusias, tidak ada pandangan negatif atau konflik dari mereka.
Model implementasi proses Pembelajaran Pendidikan Islam Multikultural
bercirikan: (1) tradisi multikultural sudah ditanamkan kepada anak-anak sejak
dini, bahkan sejak Taman Kanak kanak, tradisi multikultural ini terkait dengan
dua faktor, yaitu faktor adat istiadat dan silsilah keluarga (2) cara penerapan
multikulturalisme adalah saling menghormati antarpemeluk agama pada
pelaksanaan hari raya semua agama dan dilandasi kesabaran, ikut mensukseskan
kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah dan di luarnya. (3) semua siswa, guru,
orang tua, tokoh agama dan masyarakat semua ikut terlibat. Tiga ciri ini
memperlihatkan model akomodatif dalam implementasi pendidikan multikultural.