Pengaruh Preferensi dan Kesadaran Masyarakat terhadap Perilaku Mengonsumsi Tiga Jenis Sayuran Indigeneous di Kabupaten Malang
Abstract
Pola konsumsi terhadap produk sehat telah diterapkan oleh sebagian masyarakat salah satunya dengan mengonsumsi sayuran. Namun belum semua jenis sayuran menarik perhatian publik dan dimanfaatkan dengan maksimal, salah satunya adalah jenis sayuran lokal. Sayuran Indigeneous merupakan spesies sayuran asli suatu daerah yang mudah beradaptasi dalam kondisi lingkungan yang beragam dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Tiga jenis sayuran indigeneous dalam penelitian ini adalah katuk, kenikir, dan kecipir. Daun katuk memiliki antioksidan yang tinggi. Daun kenikir dapat berfungsi sebagai antikanker, penambah nafsu makan, lemah lambung, dan pengusir serangga. Sedangkan kecipir memiliki kandungan protein, minyak/lemak, dan asam amino yang mirip dengan kedelai. Namun, kekayaan nutrisi sayuran indigeneous tidak membuat sayuran tersebut populer dijadikan sebagai sumber sekunder pangan di Indonesia. Pengambilan keputusan dalam pemilihan sayuran dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan dan faktor sosial budaya. Sehingga untuk mengembangkan potensi sayuran Indigeneous berdasarkan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi sayuran indigeneous yaitu dengan mengetahui preferensi dan kesadaran dari masyarakat. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh preferensi dan kesadaran masyarakat terhadap perilaku mengonsumsi katuk kenikir, dan kecipir di Kabupaten Malang.
Lokasi pada penelitian ini ditentukan secara sengaja di Kabupaten Malang. Jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti, yaitu perempuan yang mengetahui dan pernah mengonsumsi katuk, kenikir, dan kecipir di Kecamatan Pagak. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Accidental Sampling dengan responden yang kebetulan ada sesuai dengan konteks penelitian. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dengan teori Naresh K. Maholtra dan Hair yang mana jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai dengan 10, sehingga total sampel berjumlah 100 responden. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, berupa wawancara, observasi menggunakan kuisioner. Selain itu menggunakan data sekunder berupa jurnal ilmiah dan buku. Pengukuran data menggunakan skala Likert dianalisis mengginakan (Structural Equation Model) SEM dengan bantuan software SmartPLS 4.0.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pereferensi masyarakat (X1) berpengaruh positif dan secara langsung terhadap perilaku mengonsumsi katuk (Y1) dengan nilai p-values 0,000 dan nilai t-statistik sebesar 8,968. Perilaku mengonsumsi kenikir (Y2) dengan nilai p-values 0,000 dan nilai t-statistik sebesar 6,953. Perilaku mengonsumsi kecipir (Y3) dengan nilai p-values 0,000 dan nilai t-statistik sebesar 5,953. Preferensi masyarakat berpengaruh positif dan secara langsung terhadap perilaku mengonsumsi katuk, kenikir, dan kecipir yang mana pilihan masyarakat dalam mengonsumsi tiga jenis sayuran tersebut dipengaruhi oleh rasa yang cocok (61%), kandungan gizi (68%), tekstur yang mudah dikunyah (66%), dan ketersediaan di sekitar tempat tinggal (56%). Dengan nilai loading factor tertinggi dalam variabel preferensi (X1), indikator ketersediaan (X1.5) menunjukkan bahwa dalam mengonsumsi katuk, kenikir, dan kecipir dipengaruhi oleh ketersediaan sayuran tersebut di sekitar tempat tinggal responden.
Kesadaran masyarakat (X2) menurut hasil analisis data pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap perilaku mengonsumsi katuk (Y1) dengan nilai p-values 0,076 dan nilai t-statistik sebesar 1,604. Kesadaran masyarakat tidak berepengaruh terhadap perilaku mengonsumsi katuk, melainkan diasumsikan dipengaruhi oleh ketersediaan katuk di sekitar tempat tinggal yang dibuktikan dengan didapatkannya sayuran katuk yang berasal dari pekarangan pribadi (44%) dan pekarangan tetangga sebanyak 56%. Hal ini didukung oleh penelitian Sayekti (2021), bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun diantaranya yang terpenting adalah ketersediaan pangan. Sedangkan kesadaran masyarakat (X2) berpengaruh positif dan secara langsung terhadap perilaku mengonsumsi kenikir (Y2) dengan nilai p-values 0,008 dan nilai t-statistik sebesar 2,664 dan berpengaruh terhadap perilaku mengonsumsi kecipir (Y3) dengan p-values 0,005 dan nilai t-statistik sebesar 2,826. Hasil ini sesuai dengan penelitian Murod (2018) bahwa kesadaran berpengaruh terhadap perilaku dalam mengonsumsi.
Saran dari penelitian ini adalah diperlukannya peran pemerintah daerah untuk memaksimalkan perhatian terhadap sayuran indigeneos, khususnya memastikan dan menjamin ketersediaan dari sayuran katuk, kenikir, dan kecipir karena ketersediaan memengaruhi perilaku masyarakat dalam mengonsumsi katuk, kenikir, dan kecipir, serta sayuran indigeneous dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dalam hal kesehatan. Salah satu kekurangan pada penelitian ini adalah pada variabel preferensi dan kesadaran digunakan untuk menggambarkan tiga jenis sayuran secara keseluruhan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel yang sama namun dapat menggambarkan dari setiap jenis sayuran.Disarankan kepada masyarakat di Kecamatan Pagak untuk mempertahankan atau menambah ketersediaan dari sayuran katuk, kenikir, dan kecipir, serta memanfaatkan potensinya dengan melakukan pengolahan secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya guna atau utilitas atas tiga jenis sayuran tersebut.
Kata Kunci : Pengaruh, Preferensi dan Kesadaran Masyarakat, Perilaku Mengonsumsi Tiga Jenis Sayuran Indigeneous, Kabupaten Malang