Show simple item record

dc.contributor.authorKartika, Mega Ayu
dc.date.accessioned2024-02-07T02:32:30Z
dc.date.available2024-02-07T02:32:30Z
dc.date.issued2023-12-11
dc.identifier.urihttp://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/9095
dc.description.abstractPadi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang penting selain gandum dan jagung. Padi dapat menghasilkan beras sebagai makanan pokok terpenting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Produksi padi mengalami penurunan pada tahun 2020. Budidaya padi pada umumnya dilakukan secara intensif dengan pengolahan tanah dan pemupukan kimia. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan residunya dapat mencemari tanah dan air. Permasalahan lain saat ini adalah pembatasan subsidi pupuk dari pemerintah, sedangkan petani mayoritas sangat tergantung pada pupuk kimia. Mengatasi permasalahan tingginya biaya kebutuhan pupuk kimia dalam sistem produksi pertanian, diperlukan adanya penerapan sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia baik dari pupuk ataupun pestisida kimia. Akhir-akhir ini marak dibahas dan diuji dilapangan tentang aplikasi biosaka. Biosaka berasal dari kata Bio yang berarti hayati/tumbuhan, dan Saka merupakan singkatan dari Selamatkan Alam dan Kembali ke Alam. Kata lain mengandung makna sumber daya hayati merupakan agen yang dapat menyelamatkan alam dengan kembali pada mekanisme dan pola hidup yang selaras dengan alam. Biosaka merupakan sebuah elisitor yang berasal dari ekstraksi tanaman (seluruh ragam hayati) dengan metode peremasan tangan dan diaduk secara perlahan dengan media air sebagai pelarut ekstraksi. Penelitian dilakukan di lahan kering yang berlokasi di Dusun Tebelo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bulan Februari sampai Juli 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot (Rancangan petak terbagi) yang terdiri dari 2 petak. Faktor I adalah aplikasi biosaka (B) sebagai petak utama yang terdiri dari 2 taraf yaitu: B0 (Tanpa Biosaka) dan B1 (Dengan Biosaka). Faktor II adalah pemupukan (P) sebagai anak petak terdiri dari 6 taraf yaitu: P0 (Tanpa Pupuk), P1 (Pupuk anorganik 100%), P2 (Pupuk anorganik 75%), P3 (Pupuk anorganik 50%), P4 (Pupuk anorganik 25%), dan P5 (Vermikompos 2 kg/plot). Parameter yang diamati adalah parameter pertumbuhan dan serapan hara N, P, dan K. Data yang dihasilkan dari analisis ragam (ANOVA) pada taraf 5%, jika terdapat pengaruh yang nyata maka diuji lanjut menggunakan uji BNJ 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara perlakuan biosaka (B) dan pemberian pupuk anorganik (P) terhadap pertumbuhan tanaman padi gogo varietas Inpago 13 fortiz, kecuali pada parameter jumlah batang umur 10 mst. Pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan tanpa biosaka dari pada dengan biosaka. Perlakuan tanpa biosaka (B0) dapat meningkatkan serapan N, P, dan K serta dapat mengurangi dosis pupuk anorganik. Perlakuan tanpa biosaka (B0) serapan N, P, dan K yang paling efisien terdapat pada pupuk anorganik 25-75% dari dosis rekomendasi, sedangkan perlakuan menggunakan biosaka (B1) serapan N, P dan K yang paling efisien terdapat pada pupuk anorganik 0-50% dari dosis rekomendasi. Kata Kunci : Pengaruh, Aplikasi Biosaka, Pupuk Anorganik, Pertumbuhan dan Serapan Hara N, P, dan K, Padi Gogo Varietas Inpago 13 Fortizen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Islam Malangen_US
dc.subjectPengaruhen_US
dc.subjectAplikasi Biosakaen_US
dc.subjectPupuk Anorganiken_US
dc.subjectPertumbuhan dan Serapan Hara N, P, dan Ken_US
dc.subjectPadi Gogo Varietas Inpago 13 Fortizen_US
dc.titlePengaruh Aplikasi Biosaka dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Serapan Hara N, P, dan K pada Padi Gogo Varietas Inpago 13 Fortizen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record