Analisis Pemasaran Kelengkeng Lokal “Kateki” (Studi Kasus Bapak Suwardi Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang)
Abstract
Kelengkeng lokal Kateki merupakan produk dari perkebunan di Kabupaten Lumajang. Keunggulan buah Kelengkeng lokal Kateki yakni memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Buah Kelengkeng lokal Kateki telah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Peluang dalam mengembangkan industri dan pemasaran Kelengkeng masih sangatlah besar dan potensial. Salah satu peluangnya adalah permintaan akan Kelengkeng lokal Kateki ini masih terus meningkat. Hal ini didukung oleh banyaknya populasi atau penduduk Kabupaten Lumajang. Strategi pemasaran merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan jangka panjang di Perkebunan Kelengkeng Milik Bapak Suwardi, sebagai perkebunan yang mempunyai visi dan misi sudah seharusnya merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk usaha pemasaran hasil produksi kelengkeng.
Pemasaran Kelengkeng lokal kateki di Desa Jokarto Kecamatan Tempeh melibatkan 3 pelaku pemasaran diantaranya adalah produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat adalah agen, pedagang besar dan pengecer. Terlibatnya 3 lembaga pemasaran tersebut menciptakan adanya pola pemasaran yang berbentuk saluran pemasaran berbeda. Berbedanya saluran pemasaran menjadikan distribusi share perolehan menjadi variatif pula. Petani sebagai produsen berdasarkan harga jual kelengkeng terdapat perbedaan harga. Kepada konsumen akhir kelengkeng dijual seharga Rp45.000-Rp50.000 per kilogram sedangkan diluar itu petani menjualkan kelengkeng seharga Rp30.000 per kilogramnya.
Perkebunan Kelengkeng lokal Kateki milik Bapak Suwardi yang berada di Kabupaten Lumajang, dalam menjalankan kegiatan industri perkebunan Kelengkeng Bapak Suwardi juga melakukan kegiatan pemasaran sendiri dari produk yang dihasilkan. Dalam hal produksi Bapak Suwardi hanya memasarkan hasil produksinya masih dikawasan Jawa Timur saja. Dalam proses produksi Kelengkeng juga mengalami beberapa hambatan dalam proses pemasarannya antara lain yang menjadi hambatan perdagangan Kelengkeng adalah karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, fluktuatif harga yang tinggi dan banyaknya buah impor yang masuk.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menggambarkan pola saluran pemasaran buah Kelengkeng Lokal Kateki pada Perkebunan Kelengkeng milik Bapak Suwardi. 2) Untuk menganalisis efisiensi Pemasaran Kelengkeng Lokal Kateki milik Bapak Suwardi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2023 di Perkebunan Kelengkeng Lokal Kateki milik Bapak Suwardi yang berlokasi di Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja (Purposive) dengan beberapa pertimbangan yaitu perkebunan Kelengkeng Lokal Kateki milik Bapak Suwardi ini menjadi salah satu pelopor bangkitnya petani buah di Kabupaten Lumajang. menurut (Handayani, 2020) populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki cirri sama, bias berupa individu dari suatu kelompok,
v
peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani kelengkeng yang berada di Desa Jokarto. Petani kelengkeng di Desa Jokarto teridentifikasi hanya ada 1 petani yakni Bapak Suwardi sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pengambilan dari sejumlah 1 petani. Sedangkan pedagang tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Metode analisis data dilakukan melalui deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang Analisis Pemasaran Kelengkeng Lokal “Kateki” (Studi Kasus Bapak Suwardi Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang) maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Saluran pemasaran Kelengkeng Lokal “Kateki” terdapat 2 saluran pemasaran yakni :
• Saluran Pemasaran I ( Petani – Pedagang Tengkulak – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir )
• Saluran Pemasaran II ( Petani – Konsumen Akhir )
2. Berdasarkan hasil analisis diperoleh marjin total pemasaran saluran pemasaran I sebesar 21.875 untuk buah kelengkeng grade A dan 24.125 untuk grade B. Sedangkan, saluran pemasaran II memiliki marjin total sebesar 0 baik untuk buah kelengkeng grade A maupun B. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Farmer’s Share 40%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua saluran pemasaran pada dasarnya telah efisien. dilihat kriteria untuk dapat dikatakan efisien adalah apabila nilai EP < 5% dan tidak efisien jika nilai EP
> 5% sehingga diketahui berdasarkan Tabel 8 bahwa saluran pemasaran I dan II dikatakan efisien karena nilainya < 5% baik buah kelengkeng grade A maupun grade B. Berdasarkan hasil analisis nilai efisiensi pemasaran menunjukkan <5% baik buah kelengkeng grade A maupun B. dilihat kriteria untuk dapat dikatakan efisien adalah apabila nilai EP < 5% dan tidak efisien jika nilai EP > 5% sehingga diketahui berdasarkan hasil analisis pada Tabel 8 bahwa saluran pemasaran I dan II dikatakan efisien karena nilainya < 5% baik buah kelengkeng grade A maupun grade B.
Kata Kunci : Analisis, Pemasaran, Kelengkeng Lokal “Kateki”