Model Pembelajaran Fikih Berbasis Kitab Kuning di Madrasah Tsanawiyah Darun Najah Karangploso
Abstract
Pondok pesantren merupakan tempat untuk para santri dalam mendalami
ilmu agama, ciri khas dari setiap pondok pesantren ialah proses pembelajara yang
menggunakan media kitab kuning, terutama pondok pesantren Salafiyah. Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Darun Najah Karangploso kebetulan ada di lingkungan pondok
Pesantren Darun Najah yang mana dalam pembelajaran agama terutama pelajaran
fikih menggunakan kitab kuning sebagai bahan ajar. Tak hanya itu penggunaan
media kitab kuning ini diharapkan mampu melahirkan generasai tafaquh fidd din
sebagai contoh yang baik di lingkungan mereka kelak.
Dalam penelitian ini peneliti terfokus pada perencanaan pembelajaran,
implementasi pembelajaran, serta ciri khas yang ada dalam pembelajaran fikih
berbasis kitab kuning di MTs Darun Najah Karangploso.
Untuk mencapainya, peneliti menggunakan penelitian kualitatif, jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Peneliti dalam melakukan
penelitian menggunakan prosedur pengumpulan data berupa wawancara, observasi,
dan dokumentasi saat proses penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan pada
5 Agustus – 27 April 2020.
Dalam merencanakan suatu pembelajaran pihak sekolah beserta tim
bersepakat menggunakan media ajar kitab kuning pada pembelajaran Fikih. Hal ini
dilakukan untuk mewujudkan cita-cita Madrasah, kepala Madrasah memutuskan
menggunakan media kitab kuning dari sejak awal Madrasah ini didirikan, hal ini
dilakukan untuk melahirkan generasi tafaqquh fi al-ddin.
Implementasi pembelajaran Fikih berbasis kitab kuning yakni peserta didik
dituntut mampu memahami materi yang ada di dalam kitab kuning. Dalam
pelaksanaanya pendidik menggunakan strategi ekspositori, yang mana dalam hal
ini pendidik berperan penuh dalam pembelajaran, dalam proses implementasiannya
pendidik harus meyesuaikan kurikulum dari pemerintah dengan kajian yang ada
dalam kitab salaf.
Dalam seminggu pembelajaran Fikih berbasis kitab kuning terdapat 1 kali
tatap muka dan dalam satu kali tatap muka terdapat dua jam pembelajaran, dalam
satu jam pembelajaran terdapat 35 menit lamannya.
Yang membuat pembelajaran ini berbeda dengan yang lain karena untuk
pendidiknya gus Yazid mengutamakan lulusan dari internal pondok sendiri, dalam
pembelajara Fikih ini di harapkan terlahir generasi yang ahli kitab.
Dalam pembelajara Fikih ini pihak sekolah memutuskan untuk meniadakan
PR (Pekerjaan Rumah) dikarenakan jadwal padat peserta didik kesehariannya.