Analisis Konsumsi Ikan Selar Sebagai Sumber Pangan Protein Hewani Rumah Tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Abstract
Pengeluaran penduduk di Nusa Tenggara Timur pada September tahun 2022 memiliki rata-rata sekitar 974.985 rupiah. Dari total pengeluaran tersebut, sebanyak 55,27 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan hanya 44,73 persen yang digunakan untuk keperluan bukan makanan. Dilihat dari persentase yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan lebih besar dibandingkan non makanan, namun pada makanan yang mengandung protein masyarakat Nusa Tenggara Timur tidak sering mengkonsumsi, faktor utama kurangnya makanan berprotein salah satunya yakni kurang mengkonsumsi ikan, salah satu konsumsi ikan yang masih relatif rendah di Nusa Tenggara Timur adalah konsumsi ikan selar. Ikan selar termasuk salah satu komiditi pangan laut yang memiliki kandungan protein tinggi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga terhadap ikan selar di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada bulan Agustus 2023 – Januari 2024. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS 2022). Metode analisis data menggunakan pendekatan Regresi Linier Berganda. Data Susenas adalah data cross section, yaitu berupa data konsumsi dan pengeluaran pangan rumah tangga. Pada penelitian ini diperlukan data harga pangan, oleh karena data harga pangan tidak ada dalam Susenas maka data harga pangan diperoleh dengan membagi jumlah pengeluaran dan jumlah konsumsi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified two stage sampling. Dengan total sampel di Nusa Tenggara Timur mencangkup 12.534 rumah tangga, sedangkan penelitian ini mengambil sampel 1.630 rumah tangga yaitu konsumsi ikan selar di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mengenai analisis konsumsi ikan selar sebagai sumber protein hewani rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur, menunjukkan hasil konsumsi pangan protein hewani di wilayah tersebut memiliki jumlah yang bervariasi dan masih tergolong rendah khususnya pada jenis ikan selar. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan gizi yang terkandung pada ikan selar. Tingkat persentase rumah tangga yang mengkonsumsi ikan selar adalah 13%, tetapi pada saat ikan selar mengalami kenaikan harga, konsumsi ikan selar juga mengalami kenaikan hal ini dikarenakan harga ikan selar yang tidak tergolong mahal dibandingkan ikan lainnya, dan ikan selar tersebut memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan yang tergolong murah lainnya.
Model konsumsi ikan selar sebagai pangan protein hewani rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur berikut :
Y = 0,113 + 0,00004754X1 - 0,000004890X2 – 0,000005458X3 – 0,000009747X4 - 0,000002098X5 – 0,000003708X6 – 0,0000003348X7 – 0,0000002589X8 – 0,0000025X9 - 0,000001855X10 - 0,000000843X11 - 0,00000003024X12 + 0,055X13 + e
Diketahui bahwa nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,650. atau sama dengan 65%. Angka tersebut mengandung arti bahwa sebesar 65% variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan untuk hasil nilai F hitung dalam penelitian ini yaitu 223,429 > F tabel 1,72 dan signifikansi F 0,001 < α 0,05, artinya variabel bebas secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel terikat.
Berdasarkan data hasil uji parsial terdapat beberapa variabel yang menunjukan signifikan diantaranya adalah harga ikan selar. Dilihat dari nilai B Koefisien Regresi harga ikan selar memiliki nilai sebesar 0,00004754 artinya jika tingkat harga ikan selar mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.000 maka konsumsi ikan selar mengalami penurunuran sebesar 0,004 kg dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Artinya, meskipun harga ikan selar meningkat, rumah tangga akan tetap mengkonsumsi ikan selar. Pada penelitian ini rumah tangga tidak melihat dari segi harga saja melainkan mempertimbangkan kualitas.
Variabel yang menunjukan signifikan selanjutnya adalah harga ikan tongkol, harga ikan cakalang, harga ikan segar lainnya, harga telur ayam, dan harga susu bubuk. Lima variabel tersebut menunjukan hasil analisis bahwa nilai t hitung > t tabel 1,96 dan nilai signifikansi t < 0,05 dengan demikian H0 ditolak ; Ha diterima yang berarti bahwa secara parsial variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat (konsumsi rumah tangga terhadap ikan selar) dengan tingkat signifikansi pada α 1%, artinya kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap konsumsi ikan selar.
Untuk variabel faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda B koefisien regresi negatif, arti negatif memiliki arti bahwa ketika terjadi kenaikan pada pendapatan, maka menurunkan konsumsi. Ketika dijabarkan semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka tidak menambah konsumsi ikan selar, sedangkan jumlah anggota rumah tangga menunjukan signifikan dengan tanda B koefisien regresi positif. Arti positif tersebut memiliki maksud bahwa ketika jumlah anggota rumah tangga mengalami peningkatan atau penambahan maka meningkatkan konsumsi ikan selar.
Adapun faktor yang berpengaruh positif terhadap konsumsi ikan selar sebagai sumber protein hewani rumah tangga di Nusa Tenggara Timur adalah harga ikan selar dan jumlah anggota rumah tangga. Sedangkan faktor yang berpengaruh negatif terhadap konsumsi ikan selar adalah harga ikan tongkol, harga ikan cakalang, harga ikan segar lainnya, harga susu bubuk, dan pendapatan. Dan faktor yang tidak berpengaruh terhadap konsumsi ikan selar adalah harga ikan teri diawetkan, harga ikan kembung, harga susu bubuk, harga daging sapi, harga daging ayam, dan harga telur ayam. Pada penelitian ini tidak memiliki barang substitusi tetapi hanya memiliki barang komplementer dimana barang tersebut adalah ikan tongkol, ikan cakalang, ikan segar lainnya, telur ayam, dan susu bubuk.
Saran yang dapat peneliti berikan yaitu rumah tangga dapat mengkonsumsi ikan selar sebagai penambah protein hewani karena kandungan protein dalam ikan selar sangat tinggi dibandingkan dengan kandungan protein hewani lainnya selain itu dapat dibeli dengan harga yang masih tergolong rendah, dan juga untuk mengatasi kekurangan kandungan protein pada masyarakat diharapkan pemerintah memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang memiliki sumber protein hewani.
Kata Kunci : Analisis, Konsumsi Ikan Selar, Sumber Pangan Protein Hewani Rumah Tangga, Provinsi Nusa Tenggara Timur