Analisis Kelayakan Mitra Usaha Lebah Madu (Apis Mellifera) (Studi Kasus: di PT Kembang Joyo Sriwijaya)
Abstract
Penelitian ini dilakukan di mitra usaha PT Kembang Joyo Sriwijaya perusahaan di Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2024 hingga September 2024, Materi yang digunakan adalah peternak lebah madu sebanyak 15 peternak. Penelitian dilakukan dengan melihat langsung ke lapangan. Studi kasus merupakan metode yang menjelaskan jenis penelitian mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu atau suatu fenomena yang ditentukan pada suatu tempat yang belum tentu sama dengan daerah lain. Metode analisis data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang pertama adalah analisis deskriptif, yaitu menghitung biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usaha ternak lebah madu (Apis mellifera) dalam sekali musim panen di daerah penelitian sehingga dapat diketahui kelayakan usaha yang dijalankan.
Hasil analisis pada biaya tetap yang dikeluarkan mencakup berbagai komponen penting, di antaranya pembuatan kotak koloni sebesar Rp1.014.905.000 (46,93% dari total biaya tetap), pembuatan peralatan seperti sarang/frame yang mencapai Rp349.240.000 (16,15%), kaki penyangga sebesar Rp 99.770.000 (4,61%), feeder sebesar Rp 69.580.000 (3,21%), kotak super sebesar Rp 96.440.000 (4,46%), penyekat Rp55.855.000 (2,58%), mangkokan ratu Rp60.580.000 (2,80%), drum/pail Rp111.575.000 (5,16%), dan pollen trap Rp55.850.000 (2,58%). diperoleh total pendapatan sebesar Rp3.022.105.000 per tahun. Pendapatan ini mencerminkan hasil dari penjualan madu, baik dari bibit maupun indukan, termasuk madu asli dan hasil persilangan. Total keseluruhan penerimaan dari semua sumber yang ada mencapai Rp5.442.997.000. biaya tidak tetap mencakup pengeluaran variabel yang bergantung pada kebutuhan operasional, seperti pakan tambahan sebesar Rp 96.060.000 (37,22% dari total biaya tidak tetap) dan biaya pindahan lebah sebesar Rp70.100.000 (27,16%). Pembelian koloni lebah sebesar Rp44.000.000 (17,05%) dan pembelian ratu lebah sebesar Rp2.400.000 (0,93%) juga merupakan bagian dari biaya tidak tetap. Secara keseluruhan, total biaya tidak tetap yang dikeluarkan adalah Rp258.025.000.
Kesimpulan dari penelitian ini dengan total penerimaan sebesar Rp 5.442.997.000 dan total biaya produksi yang mencapai Rp 2.420.892.000, PT KJS memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 3.022.685.300 per tahun. Dengan total penerimaan sebesar Rp 5.442.997.000 dan total biaya produksi yang mencapai Rp 2.420.892.000, PT KJS memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 3.022.105.000 per tahun. R/C Ratio merupakan rasio antara pendapatan dan biaya, yang menunjukkan efisiensi usaha dalam menghasilkan keuntungan. Dengan total penerimaan sebesar Rp 5.442.997.000 dan total biaya produksi Rp 2.420.892.000, R/C Ratio yang diperoleh adalah sekitar 2,25. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan untuk biaya menghasilkan Rp 2,25 dalam pendapatan. Rasio ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya lebah madu di mitra usaha PT KJS sangat menguntungkan dan memiliki potensi untuk berkembang lebih lanjut.
Saran dari penelitian yang telah dilakukan, untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri perlebahan di Indonesia, PT KJS perlu terus meningkatkan pelatihan dan pendampingan bagi peternak mitra agar mampu menghadapi tantangan baru dalam budidaya lebah. Selain itu, perlu adanya upaya untuk merangkul lebih banyak peternak muda, termasuk dari kalangan perempuan, guna menciptakan diversifikasi sumber daya manusia dalam industri ini. Terakhir, PT KJS dapat memperluas pasar ekspor untuk produk-produknya guna meningkatkan skala bisnis dan daya saing di pasar internasional.
Kata Kunci : Analisis, Kelayakan Mitra Usaha, Lebah Madu (Apis Mellifera)