Studi Manajemen Pemeliharaan Induk Sapi Perah terhadap Produksi Susu dan Kasus Mastitis Subklinis di KUD ʺ Dadi Jayaʺ Purwodadi Kabupaten Pasuruan
Abstract
Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 September 2022 hingga 10 Desember 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor manajemen pemeliharaan induk sapi perah yang berpotensi memengaruhi kejadian mastitis subklinis dan produksi susu KUD ʺDadi Jayaʺ Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 sapi perah fase laktasi bulan laktasi 3-8 dan periode laktasi 2-4. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data disajikan dalam bentuk persentase kemudian disajikan secara deskriptif. Variabel yang diamati produksi susu dan kasus mastitis subklinis.
Manajamen pemeliharaan induk sapi perah yang diterapkan oleh KUD Dadi Jaya sudah sangat baik dilihat dari berbagai aspek manajamen. Lokasi peternakan, kontruksi kandang, manajamen pakan dan air, kebersihan kandang, peralatan dan kesehatan ternak yang diterapkan sudah baik. Terlepas dari baiknya implementasi manajemen pemeliharaan yang ditetapkan masih terdapat kekurangan. Hasil penelitian menunjukkan Kasus Mastitis Subklinis di peternakan sapi perah milik KUD Dadi Jaya sebesar 80%, rata-rata produksi susu 9,3 l/hari. Bulan laktasi dan periode laktasi berpengaruh terhadap produksi susu, di mana produksi susu tertinggi berada pada bulan laktasi ketiga dengan produksi 12 l/hari dan periode laktasi ketiga dengan produksi 10,4 l/hari. Pada periode laktasi 4 menghasilkan rata-rata 7,2 l/hari, yang mana terjadi penurunan 25% dari produksi susu pada periode laktasi ketiga. Hal ini disebabkan kasus masitis subklinis yang tinggi pada periode laktasi 4. Faktor manajemen pemerahan menjadi salah satu penyebab mastitis subklinis yang tinggi. Pemerah melakukan pemerahan secara acak terhadap sapi perah yang mana akan meningkatkan penularann mastitis subklinis. Metode stripping yang digunakan dalam pemerahan juga berpengaruh terhadap kasus mastitis subklinis. Kemiringan lantai kandang kurang yang mana menyebabkan kotoran dan air tidak dapat mengalir dengan baik, sehingga tingkat kering lantai kandang ini sangat rendah. Faktor predisposisi ambing sapi perah KUD Dadi Jaya juga memiliki peranan terjadinya mastitis subklinis. 15 ekor sapi (60%) memiliki bentuk ambing sangat menggantung dan rata-rata lubang puting terbuka terlalu lebar. Pemeriksaan mastitis subklinis secara berkala pada sapi perah fase laktasi tidak dilakukan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah manajemen pemeliharaan yang diterapkan pada induk sapi perah KUD Dadi Jaya berpengaruh terhadap kasus mastitis subklinis. Faktor yang meliputi, tingkat kemiringan lantai kandang, SOP pemerahan, predisposisi ambing, dan pemeriksaan CMT tidak dilakukan.
Manajemen pemerahan sebaiknya diperbaiki dan ditekankan menggunakan SOP pemerahan yang baik, kontruksi kandang sebaiknya diperlukan perbaikan khususnya lantai kandang, pemeriksaan mastitis subklinis harus dilakukan rutin minimal satu bulan sekali. Teknik pemerahan sebaiknya dikombinasikan dengan teknik whole hand dan knevelen. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang ada tidaknya hubungan dan tingkat keeratan antar variabel manajemen pemeliharaan yang meliputi, lantai kandang dan manajemen pemerahan dengan tingkat skor nilai mastitis subklinis berdasarkan pemerikasaan California Mstitis Test.
Kata Kunci : Studi Manajemen, Pemeliharaan Induk Sapi Perah, Produksi Susu, Kasus Mastitis Subklinis, KUD ʺ Dadi Jayaʺ Purwodadi Kabupaten Pasuruan