Analisis Tingkat Keberhasilan Program Kampung Ib Dalam Upaya Peningkatan Angka Kelahiran Sapi Madura Di Desa Sendir, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep
Abstract
Dalam upaya swasembada daging sapi di Indonesia, berbagai program
telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep baik dari segi
pembibitan, kesehatan hewan, teknologi pakan dan regulasi yang terkait dengan
produksi dan pemasaran. Pada tahun 2019 Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumenep membuat terobosan yang patut diapreasiasi yaitu dengan adanya
program Kampung IB yang terdiri dari 3 kecamatan diantaranya Kecamatan
Guluk-Guluk, Ganding dan Lenteng atau biasa disingkat dengan
“LUGANTENG”. Ketiga Kampung tersebut dilarang keras menggunakan straw
selain straw sapi Madura, karena kekhawatiran Pemerintah terhadap peternak
lokal di Kabupaten Sumenep yang akan terhipnotis dan mulai tertarik dengan
hasil IB persilangan sapi Madura dengan sapi luar sehingga program Kampun IB
merupakan upaya konservasi plasma nutfah sapi Madura.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sendir, Kecamatan Lenteng,
Kabupaten Sumenep. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
umur pertama kawin, umur pertama beranak, Service per Conception (S/C), Days
Open (DO) Calving Interval (CI) dan Calving Rate (CvR) dalam upaya
peningkatan angka kelahiran pada tenak sapi Madura di Desa Sendir, Kecamatan
Lenteng, Kabupaten Sumenep. Serta mengetahui potensi tingkat keberhasilan
program Kampung IB di Desa Sendir, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 ekor induk sapi
Madura yang di IB serta tersebar di Desa terpilih yaitu peternak yang memiliki
ternak sapi Madura minimal 2 ekor di Desa Sendir, Kecamatan Lenteng,
Kabupaten Sumenep. Penentuan sampel berdasarkan kriteria sapi yang digunakan
adalah sapi Madura induk produktif yang di IB dan telah melahirkan pedet
minimal 1 ekor. Metode penelitian ini menggunakan metode observasi langsung
di lapang dengan pengambilan sampel secara purposive sampling dengan
ketentuan sapi betina indukan yang terdaftar sebagai akseptor IB. Variabel yang
diamati adalah umur pertama kawin, umur pertama beranak, Service per
Conception (S/C), Days Open (DO) Calving Interval (CI) dan Calving Rate (CvR)
yang dianalisis menggunakan analisis ragam Uji-t berpasangan atau independent
t-test.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa rata rata nilai umur pertama kawin dan beranak sapi Madura di Desa Sendir tidak ada
perbedaan (P>0,05) antara sebelum dan sesudah adanya program Kampung IB
dengan nilai 2,05±0,22 dan 2,02±0,16 (umur pertama kawin/tahun) dan 3,05±0,22
dan 3,02±0,16 (umur pertama beranak/tahun). Sedangkan nilai Service per Conception (S/C), Days Open (DO) Calving Interval (CI) dan Calving Rate (CvR)
terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara sebelum dan sesudah adanya
program Kampung IB dengan nilai 1,10±0,42 dan 1,05±0,00 (S/C/kali),
139,84±31,37 dan 115,12±7,49 (DO/hari), 411,73±43,75 dan 395,04±20,44
(CI/hari) dan 0,92±0,27 dan 1±0,00 (CvR/%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai S/C, DO, CI dan CvR dari
sapi Madura di Desa Sendir berbeda nyata lebih baik sesudah adanya program
Kampung IB dibandingkan dengan sebelum adanya program Kampung IB.
Sedangkan nilai umur pertama kawin dan umur pertama beranak tidak berbeda
nyata antara sebelum dan sesudah adanya program Kampung IB. Serta tingkat
keberhasilan angka kelahiran sapi Madura di Desa Sendir sesudah adanya
program Kampung IB 4% lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya program
Kampung IB.
Saran dari penelitian ini yaitu diharapkan program Kampung IB tetap
dilanjutkan dan dikembangkan secara luas ke wilayah-wilayah lain di Pulau
Madura sehingga angka kelahiran sapi Madura semakin meningkat dimasa depan