Komparasi Fenotipe Kuantitatif Pejantan dan Induk Kambing Peranakan Etawah Unggul Dengan Peternakan Rakyat
Abstract
Dalam perkembangannya, ternak kambing lokal tidak selalu
menunjukkan produktivitas yang bagus dan salah satu penyebabnya mutu
genetik kambing yang rendah. Peningkatan produktivitas ternak kambing
melalui peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan program
pemuliaan ternak. Seleksi ternak adalah salah satu cara melakukan
program pemuliaan ternak. Dalam melakukan seleksi ternak harus
didasarkan pada pertimbangan keunggulan fenotipe ternak. Karena
keunggulan fenotipe ternak adalah langkah dasar dalam melakukan
seleksi ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
komparasi fenotipe kuantitatif antara pejantan dan induk kambing PE
unggul dan yang ada di peternakan rakyat.
Materi yang digunakan adalah data olahan pejantan dan induk
kambing PE dari berbagai jurnal nasional dan internasional dibandingkan
dengan SNI No. 7352 tahun 2015. Metode penelitian ini adalah studi
literatur. Cara pengambilan data ditentukan dengan purposive sampling
(dengan kriteria pejantan dan induk kambing PE). Data untuk pejantan
(tinggi pundak, lingkar dada, panjang badan, panjang telinga, bobot badan
dan lingkar skrotum) dan induk (tinggi pundak, lingkar dada, panjang
badan, panjang telinga dan bobot badan) yang diperoleh diuji dengan chisquare dan komparasi (%) selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Hasil komparasi (%) sifat kuantitatif pejantan di desa Karangwuni,
Sidomulyo (Rasminati, 2013), Tandasura (Rahim, 2020) dan Banda Aceh
(Hendri dkk, 2017) yang lebih unggul dibandingkan SNI umur 12-18 bulan
dengan masing-masing sifat kuantitatif yaitu bobot badan, lingkar dada,
bobot badan dan lingkar skrotum yaitu 14,71%, 2,82%, 78,68% dan
14,76%. Sedangkan untuk sifat kuantitatif induk di desa Karangwuni,
Sidomulyo (Rasminati, 2013) dan Tandasura (Rahim, 2020) dengan sifat
yang lebih unggul dibandingkan SNI umur 12-18 bulan yaitu bobot badan
masing-masing adalah 53,85%, 59,46% dan 27,08%. Selanjutnya
pejantan pada umur 18-24 di desa Karangwuni (Rasminati, 2013),
Tandasura (Rahim, 2020) dan Banda Aceh (Hendri dkk, 2017) dengan
sifat tinggi pundak, bobot badan serta lingkar skrotum dengan nilai
masing-masing 3,21%, 44,64% dan 14,78% lebih unggul dibandingkan
pejantan unggul berdasarkan SNI.
Nilai komparasi sifat kuantitatif pejantan di peternakan rakyat 75%
sama dan 25 % lebih unggul dibandingkan dengan pejantan SNI pada
umur 12-18 dan 18-24 bulan. Sedangkan nilai komparasi sifat kuantitatif
induk di peternakan rakyat 33,3% sama dan 66,7% lebih unggul
dibandingkan induk unnggul berdasarkan SNI 12-18 bulan, tetapi 100%
sama dengan induk unggul berdasarkan SNI 18-24 bulan.